Malnutrisi Pada Anak Indonesia


Dilansir dari WHO, Malnutrisi adalah kekurangan, kelebihan, maupun ketidakseimbangan asupan nutrisi pada seseorang. Malnutrisi terbagi menjadi tiga (3) tipe yaitu :


  • Kekurangan gizi atau gizi buruk -Wasting (rendahnya rasio berat terhadap tinggi), Stunting (rendahnya rasio tinggi terhadap umur), dan Underweight (kekurangan berat badan pada usianya)
  • Ketidakseimbangan nutrisi mikro – Kekurangan vitamin dan mineral penting, maupun kelebihan nutrisi mikro
  • Kelebihan nutrisi, berat badan atau Obesitas – Meliputi penyakit seperti diabetes, stroke, kanker, dan jantung.

Moms, malnutrisi tidak hanya kekurangan gizi atau kurang makan ya, namun mereka yang kelebihan nutrisi/asupan makanan juga tergolong malnutrisi loh!

Karena tingginya angka malnutrisi pada anak di Indonesia, artikel ini akan membahas lebih dalam tentang malnutrisi khususnya pada Anak di Indonesia.


Status Gizi Buruk di Indonesia


Riset Kesehatan Dasar atau Riskesdas mencatat adanya penurunan jumlah penderita gizi buruk pada balita di Indonesia. Status gizi buruk turun dari 37.2% (tahun 2013) menjadi 30.8% (tahun 2018).

Meskipun demikian, angka tersebut masih tergolong tinggi karen WHO menetapkan batas prevalensi gizi buruk di angka 20%.

Stunting di Indonesia


Menurut WHO, Stunting adalah terganggunya perkembangan dan pertumbuhan Anak yang diakibatkan oleh kekurangan nutrisi, stimulasi psikososial (psikologi dan sosial), dan infeksi yang berulang.

Menurut Riskesdas angka stunting di Indonesia pada tahun 2013 adalah 36.4%; atau satu dari tiga anak di Indonesia menderita stunting.

Jika kondisi stunting ini terjadi pada 1000 hari pertama kelahiran (dihitung dari janin hingga usia 2 tahun), maka dampak buruknya tidak dapat diperbaiki lagi.

” Masalah sebenarnya bukan tubuh pendek. Tetapi kalau seseorang terkena stunting, proses-proses lain di dalam tubuh juga terhambat, seperti pertumbuhan otak yang berdampak pada kecerdasan.”
Prof. Dr. Endang Achadi – Pakar gizi dari Universitas Indonesia

Dampak Panjang Malnutrisi Terhadap Anak


Dilansir dari Worldbank, kurang gizi pada anak dapat terjadi sejak dalam janin. Ketika tubuh si kecil sudah terbiasa bertahan hidup dengan kondisi gizi yang kurang, tubuhnya akan “terprogram” seperti itu.

Akibatnya, jika kelak si kecil tumbuh di lingkungan dimana ia mudah memperoleh asupan gizi, tubuhnya akan sangat rentan terhadap obesitas.

Stunting merupakan salah satu ciri kurang gizi kronis yang memiliki dampak terhadap perkembangan otak seperti :

  • Stunting mengurangi IQ sebesar 5 hingga 11 poin
  • Nilai dan performa anak di sekolah lebih rendah
  • Pemasukan/pendapatan anak stunting 10% lebih rendah dibanding anak normal
Moms, dampak buruk dari stunting adalah gagal tumbuh baik dari segi fisik (tinggi badan) maupun mental (otak & kecerdasan).

Pastinya Moms tidak mau dong anaknya kalah saing di sekolah dan sulit mendapatkan pekerjaan ketika ia beranjak dewasa?

Oleh karena itu, yuk Moms mulai perhatikan asupan nutrisi, dan berikan stimulasi pada si kecil sejak masa kehamilan!

Gejala dan Dampak Malnutrisi


Gejala dan dampak dari malnutrisi bervariasi, tergantung dari tipenya.

Mengenali gejala malnutrisi dapat membantu Anda untuk mencegah maupun mengobati dampak buruknya.

Kekurangan Gizi (Undernutrition)

Kekurangan gizi biasanya disebabkan oleh kurangnya asupan nutrisi penting yang dibutuhkan tubuh setiap harinya.

Dampak kekurangan gizi diantaranya :

  • Turunnya berat badan
  • Sulit berkonsentrasi
  • Penurunan massa otot dan lemak
  • Rambut dan kulit kering
  • Penyembuhan luka yang lama
  • Mudah lelah/kecapean
  • Depresi dan mudah cemas
Kekurangan Nutrisi Mikro (Micro-nutrient Deficiencies)

Kekurangan gizi pada anak biasanya berdampak pada kekurangan nutrisi mikro (mikronutrien).

Dampak dan gejala kekurangan nutrisi mikro (mikronutrien) pada anak diantaranya :

1. Zat besi
Anak terlihat pucat, lunglai, sesak nafas, menjadi rewel, dan mudah kedinginan. Selain itu, kekurangan zat besi menyebabkan terhambatnya pertumbuhan fisik dan kognitif anak.

2. Vitamin D
Vitamin D dibutuhkan dalam pembentukan tulang, sehingga mempengaruhi bentuk tulangnya. Kekurangan vitamin D dapat menyebabkan deformasi bentuk X atau O pada kaki, dan betisnya tampak melengkung (rakhitis)

3. Kalsium
Kurangnya kalsium pada bayi dapat menyebabkan bayi sulit tidur, rewel, anggota badan tampak berkedut, hingga risiko kejang dan detak jantung terasa lemah

4. Vitamin C
Anak yang kekurangan vitamin C akan membutuhkan waktu yang lama dalam penyembuhan luka, rambut tampak kusut, dan mudah lelah, serta menjadikan mereka murung atau kehilangan semangat.

5. Vitamin B1, B6, B2, B3, dan B12
Kurang vitamin B1 dapat memperbesar risiko beri-beri pada anak, dengan gejala sering menangis dengan suara tinggi disertai muntah-muntah.

Kurang vitamin B2, B3, dan B12 dapat menimbulkan pembengkakan pada lidah, sakit tenggorokan, bibir pecah-pecah dan kulit yang mengelupas pada sudut bibir.

Anak yang kekurangan vitamin B3 memiliki tanda-tanda penyakit yang sama dengan vitamin B lainnya, namun disertai diare.

Secara keseluruhan, kekurangan vitamin B kompleks ini dapat menyebabkan seorang anak lebih terlihat murung atau parahnya menjadi depresi.

6. Vitamin B9 (Asam Folat)
Bayi yang terlahir dengan tempurung kepala tidak sempurna (anencephaly) merupakan akibat dari ibu yang kurang memenuhi asupan asam folat selama kehamilan.

Gejala lainnya pada bayi yakni hydrocephalus yaitu penumpukan cairan pada otak anak. Gejala anak yang kekurangan asam folat, mengalami sariawan, lidah bengkak, kulit pucat dan diare.

7. Vitamin K
Gejala kekurangan vitamin K pada anak diantaranya : pendarahan meski tanpa luka (mimisan), timbul memar di sekitar wajah dan kepala, rewel, muntah, wajah menjadi pucat.

Jika bayi kekurangan vitamin K, warna kulitnya akan menguning.

8. Zinc
Berkurangnya nafsu makan anak dan menjadi sering sakit karena menurunnya sistem kekebalan tubuh merupakan dampak dari kekurangan zinc. 

Kekurangan zinc yang kronis juga menyebabkan diare, rambut rontok, menurunnya berat badan, penyembuhan luka lebih lama, dan menurunnya penglihatan pada malam hari.

9. Yodium
Memperbesar risiko gondok (membesarnya kelenjar tiroid), pertumbuhan fisik dan mental yang lambat.

10. Asam Lemak
Anak menjadi mudah mengantuk, diikuti dengan demam, diare, tidak nafsu makan, pucat dan muntah-muntah.

Nah Moms, bukan hanya jumlah makanan saja yang harus diperhatikan namun kandungan nutrisi mikronya pun perlu seimbang agar kesehatan si kecil tetap terjaga.

Seperti yang sudah dibahas di atas, kekurangan gizi menimbulkan masalah fisik dan kesehatan yang serius. Kekurangan gizi juga meningkatkan risiko kematian.

Dilansir dari Institusi Kesehatan Nasional, 45% dari jumlah anak yang meninggal dunia pada tahun 2011 disebabkan oleh kekurangan gizi.

Kelebihan Nutrisi (Overnutrition)

Gejala utama dari kelebihan nutrisi adalah obesitas dan kelebihan berat badan (overweight).

Mereka yang overweight dan obesitas biasanya mengalami kekurangan nutrisi mikro.

Riset dari Institusi Kesehatan Nasional, membuktikan mereka yang overweight dan obesitas cenderung mempunyai kandungan vitamin dan mineral yang rendah dalam darah mereka.

Hal ini dikaitkan dengan konsumsi fast food dan junk food yang memiliki kalori tinggi dengan kandungan nutrisi yang rendah.

Moms, konsumsi fast food dan junk food bukannya tidak boleh sama sekali namun harus dibatasi dan diimbangi dengan makanan yang bernutrisi ya!

Penyebab Malnutrisi


Malnutrisi merupakan masalah di seluruh dunia yang dapat disebabkan oleh faktor lingkungan, ekonomi, dan kondisi medis seseorang.

Global Nutrition Report memperkirakan sekitar 150juta anak menderita stunting, dan 50juta anak menderita wasting di seluruh dunia.

Beberapa penyebab umum malnutrisi adalah :

1. Kurangnya akses ke makanan bergizi
Penelitian mengungkapkan adanya hubungan antara sulitnya akses ke makanan bergizi di negara berkembang dengan malnutrisi.

2. Masalah pencernaan
Penyakit yang berhubungan dengan masalah pencernaan seperti Crohn’s disease, Celiac disease, dan pertumbuhan bakteri di usus dapat menyebabkan malnutrisi.

3. Kurangnya edukasi
Kurangnya pemahaman terhadap pentingnya nutrisi dan bahaya dari malnutrisi merupakan salah satu penyebab utama dari malnutrisi.

4. Konsumsi alkohol berlebih
Konsumsi alkohol yang berlebihan dihubungkan dengan rendahnya asupan protein, kalori, dan nutrisi mikro.

5. Gangguan mental
Depresi dan gangguan mental lainnya terutama yang terjadi pada orang lanjut usia meningkatkan risiko terkena malnutrisi.

Pencegahan dan Pengobatan Malnutrisi


Riset menyatakan bahwa pencegahan malnutrisi yang paling efektif adalah dengan memberikan edukasi tentang bahaya dari kekurangan gizi.

Selain itu, pemberian asupan suplemen makanan yang kaya akan nutrisi juga menjadi salah satu upaya pencegahan yang efektif.

Bio Strath dengan kandungan 61 nutrisi, mineral, vitamin, dan zat pembangun bisa menjadi salah satu pilihan suplemen makanan untuk mencukupi kebutuhan nutrisi si kecil dan keluarga Mommies ya!

Sebagai tambahan, pemilihan makanan yang sehat dan olahraga yang cukup bagi anak harus diperhatikan untuk mencegah obesitas.

Moms juga harus mulai memperhatikan variasi makanan untuk memenuhi kebutuhan karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral.

Simpulan
Malnutrisi bukan hanya mencakup kekurangan makan, namun mereka yang obesitas juga tergolong malnutrisi.

Malnutrisi sendiri dibagi kedalam 3 kelompok : kekurangan gizi (undernutrition), obesitas (overnutrition), dan kekurangan nutrisi mikro (micronutrient deficiencies).

Pencegahan dan pengobatan malnutrisi membutuhkan pendekatan yang berbeda-beda tergantung kasus yang dialami.

Merubah gaya hidup, mengedukasi diri tentang pentingnya nutrisi, dampak buruk, dan gejala malnutrisi merupakan cara yang paling efektif untuk melawan malnutrisi.

Semoga informasi di atas bermanfaat bagi kesehatan Moms dan keluarga ya! Jangan lupa untuk share artikel ini ke teman-teman dan keluarga Moms.

0 Response to "Malnutrisi Pada Anak Indonesia"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel